Janji Agung Yesus


Dalam kelimpahan belaskasih Hati-Ku. Aku menjanjikan bahwa cinta-Ku yang Maha Kuasa akan mengaruniakan anugerah kepada setiap orang, yang menyambut Komuni pada 9 hari Jum'at pertama berturut-turut : untuk mengakhiri hidup-nya dengan menyesali dosa-dosa.

Mereka tidak akan meninggal dalam keadaan di tolak oleh-Ku dan akan menerima Sakramen Orang Sakit pada saat mana Hati Ilahi-Ku akan menjadi perlindungan yang aman sentosa.


Note.
St. Maria Margaretha Alacoque
12 Janji Yesus Kepada St. Maria Margaretha Alacoque
Penyerahan Pribadi Kepada Hati Kudus Yesus

12 Janji Yesus Kepada St. Maria Margaretha Alacoque




12 Janji Yesus Kepada St. Maria Margaretha Alacoque (12 Janji Hati Kudus Yesus) bagi yang berdevosi kepada Hati Kudus Yesus yang Maha Kudus :
  1. Aku akan menganugerahkan karunia yang di butuhkan dalam suatu keadaan yang mendesak.
  2. Aku akan mengaruniakan damai dalam keluarga-keluarga mereka.
  3. Aku akan menghibur mereka dalam segala penderitaan.
  4. Aku akan menjadi tempat berlindung bagi mereka sepanjang hidup dan khusus-nya pada saat menghadapi maut.
  5. Aku akan mencurahkan berkat atas segala usaha mereka.
  6. Para pendosa akan menemukan dalam Hati-Ku sumber dan samud'ra belaskasihan yang 'tak terbatas.
  7. Orang-orang yang dingin hati-nya akan memperoleh karunia semangat kerajinan untuk berbuat yang baik.
  8. Orang yang bersemangat dan rajin akan berkembang dengan cepat menuju kesempurnaan yang tinggi.
  9. Para imam akan memperoleh karunia-karunia, agar sanggup melunakkan hati yang paling berkeras dalam dosa.
  10. Aku akan memberkati rumah-rumah di mana patung atau pun gambar Hati-Ku yang terkudus di tempatkan dan di hormati.
  11. Nama setiap orang yang menyebarkan penghormatan ini akan tertulis dalam Hati-Ku dan 'tak pernah akan di hapus.
  12. Aku 'tak akan membatalkan sedikit pun karunia-karunia bagi semua orang yang ingin memperoleh-nya dalam Hati-Ku.
Note.

St. Maria Margaretha Alacoque


St. Maria Margaretha Alacoque (October 16th)


St. Maria Margaretha Alacoque (baca : St. Maria Margaretha Alacoq) adalah anak ke-5 dari 5 bersaudara dari pasangan Claude Alacoque dan Philiberte Lamyn, dilahirkan pada tanggal 22 Juli 1647 di L'Hautecourt, Burgundy, Perancis.

Ketika masih kanak-kanak, Margaretha adalah seorang anak yang periang. Setelah menerima Komuni Pertama pada usia 9 tahun, Margaretha sering kali melakukan matiraga secara diam-diam. Ketika usia-nya 11 tahun, Margaretha jatuh sakit, menjadi lumpuh dan harus tinggal diatas tempat tidur selama 4 tahun.

Suatu hari, Margaretha membuat janji kepada Bunda Maria untuk menyerahkan seluruh hidup-nya kepada Tuhan. Bunda Maria menampakkan diri kepada-nya dan seketika itu juga penyakit-nya lenyap dan menjadi sehat kembali. Setelah ayah-nya meninggal, di karenakan ibu-nya sering jatuh sakit, seorang bibi-nya pindah ke rumah-nya untuk mengurus rumah tangga. Bibi dan paman-nya ini membuat Margaretha dan ibu-nya sangat menderita. Margaretha dilarang untuk pergi ke Gereja. Hampir setiap hari, Margaretha bersembunyi di taman sambil menanggis dan berdoa. Margaretha percaya benar akan belas kasihan Allah. Sering kali secara diam-diam Margaretha pergi ke Gereja untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Margaretha mendapatkan penghiburan besar dalam Sakramen Ekaristi. YESUS sendiri juga berkenan memberi-nya kepekaan atas kehadiran dan perlindungan dalam penampakan kepada-nya saat Yesus menderita di kayu salib.

Menginjak remaja, Margaretha menjadi gadis jelita. Suatu hari, seorang tuan tanah meminang-nya. Keluarga-nya menghendaki Margaretha menerima-nya dan segera menikah. Margaretha bingung akan apa yang harus dilakukan-nya, menikah dan membawa keluarga-nya keluar dari kemiskinan atau masuk biara, karena ada dorongan yang kuat dalam hati-nya untuk menjadi mempelai Kristus. Hingga pada suatu malam, Margaretha mendapatkan penampakan Yesus yang penuh luka.

Akhir-nya, pada tanggal 25 Mei 1667, Margaretha masuk biara Visitasi di Paray le Monial dan pada bulan November 1672, Margaretha menucapkan kaul kekal-nya. Margaretha dikenal sebagai seorang biarawati yang baik dan rendah hati, tetapi sering kali membuat kesal suster lain-nya karena lambat dan canggung dalam bekerja. Pada tahun 1675, saat berlutut di depan altar, Margaretha melihat penampakan Yesus, altar seolah-olah menghilang dan muncullah Yesus dikelilingi oleh awan putih. Tubuh Yesus bercahaya dan dada-Nya terbuka, sehingga tampaklah Hati Kudus-Nya. Pada sekeliling hati-Nya terbentuk mahkota duri yang di kelilingi oleh api yang menyala. Pada tengah hati-Nya tampak sebuah salib yang sangat indah.


Margaretha melihat Hati Yesus itu terluka dan meneteskan darah segar. Darah tersebut menetes pada lengan baju-Nya yang bercahaya. Sementara itu, tangan kanan Yesus menunjuk ke arah Hati-Nya dan tangan kiri-Nya seolah-olah memberkati Margaretha. Dari telapak tangan Yesus terpancar cahaya yang kudus, Yesus berkata kepada Margaretha bahwa Dia begitu mengasihi umat manusia dan Dia ingin supaya Margaretha menyebarkan Devosi kepada Hati-Nya yang Maha Kudus.


Sebuah beban yang amat berat. Banyak orang yang tidak percaya bahwa Yesus menampakkan diri kepada-Nya. Hal tersebut sungguh membuat Margaretha menderita, akan tetapi Margaretha tetap setia melaksanakan kehendak Allah.


Di ilhami oleh Yesus sendiri, Margaretha menetapkan Jam Suci, yaitu jam 11 malam - tengah malam menjelang fajar Jum'at pertama setiap bulannya. Saat Jam Suci, Margaretha berdoa dengan meniarap (Prostratio : mengungkapkan kerendahan diri dan kekecilan diri-nya di hadapan Allah dan menyampaikan penghormatan dan kerendahan hati secara paling intensif) dengan muka-nya mencium tanah. Margaretha berdoa bersama-sama dengan Yesus menanggung sengsara sakratul maut yang di alami Yesus di Taman Getsemani di mana murid-murid-Nya meninggalkan-Nya seorang diri. Yesus menyatakan kerinduan Hati-Nya akan kasih umat-Nya dan menunjukkan Hati-Nya yang Maha Kudus yang penuh cinta dan belas kasihan serta penyelamatan. Tuhan menetapkan hari Jum'at setelah "Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus" sebagai "Hari Raya Hati Kudus Yesus yang Maha Kudus" dan meminta Margaretha untuk menghormati Hati-Nya yang Maha Kudus dengan menerima Komuni Kudus setiap Jum'at Pertama dalam bulan selama 9 bulan berturut-turut. Devosi ini di lakukan sebagai silih atas dosa-dosa kita terhadap Sakramen Maha Kudus. Yesus menyebut Margaretha sebagai "Murid Terkasih dari Hati Yesus yang Maha Kudus", serta pewaris semua kekayaan Hati-Nya.


Pada tanggal 16 Oktober 1690, St. Maria Margaretha Alacoque meninggal dan jenazah-nya tetap utuh hingga saat ini.
Pada bulan Maret 1824, Dia diangkat sebagai Vinerabilis ("Yang Pantas Dihormati") oleh Paus Leo XII.
Pada tanggal 18 September 1864, Dia dinyata-kan sebagai Beata oleh Paus Pius IX.
Pada tahun 1920, Dia dinyatakan sebagai Santa oleh Paus Benediktus XV.


"...betapa lemahnya mengasihi yesus kristus hanya ketika dia memperhatikan kita, dan menjadi dingin begitupenderitaan menimpa. itu bukan cinta sejati. siapa yang mengasihi seperti itu terlalu mengasihi dirinya sendiri untuk dapat mengasihi tuhan dengan segenap hatinya..." ~ st. maria margaretha alacoque


Note.
12 Janji Yesus Kepada St. Maria Margaretha Alacoque
Janji Agung Yesus
Penyerahan Pribadi Kepada Hati Kudus Yesus
Novena Kepada Hati Kudus Yesus
Doa Kepada Hati Kudus Yesus

St. Matius

St. Matius (September 21st)


Matius adalah seorang pemungut cukai di kota Kapernaum, kota di mana Yesus tinggal. Matius adalah seorang Yahudi, tetapi ia bekerja untuk kepentingan bangsa Romawi yang menjajah bangsa Yahudi. Oleh sebab itu, orang-orang sebangsa-nya tidak menyukai Matius. Mereka tidak mau berhubungan dengan “orang-orang berdosa” seperti Matius, si pemungut cukai.



Namun, Yesus tidak berpikir demikian terhadap Matius. Suatu hari, Yesus melihat Matius duduk di rumah cukai dan Ia berkata, “Ikutlah Aku.” Seketika itu juga Matius meninggalkan uang serta jabatan-nya untuk mengikuti Yesus. Yesus kelihatan demikian kudus dan bagaikan seorang raja. Matius mengadakan suatu perjamuan besar bagi-Nya. Matius mengundang teman-teman lain yang seperti diri-nya untuk bertemu dengan Yesus serta mendengarkan pengajaran-Nya. Sebagian orang Yahudi menyalahkan Yesus karena makan bersama dengan oang-orang yang mereka anggap orang berdosa. Tetapi, Yesus sudah siap dengan suatu jawaban, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."



Ketika Yesus kembali ke surga, Matius tinggal di Palestina. Ia tetap tinggal di sana beberapa waktu lama-nya untuk mewartakan Kristus. Kita mengenal Injil Matius, yang adalah kisah Yesus serta ajaran-ajaran-Nya. Matius mewartakan Yesus kepada kaum sebangsa-nya. Kristus adalah Mesias yang dinubuatkan para nabi akan datang untuk menyelamatkan kita. Setelah mewartakan Injil kepada banyak orang, hidup Matius berakhir sebagai seorang martir iman yang jaya.

St. Yustinus

St. Yustinus (June 01st)

Yustinus berasal dari Samaria. Ia hidup pada abad kedua. Ayah-nya membesarkan-nya tanpa pengenalan akan Tuhan. Ketika masih kanak-kanak, Yustinus membaca puisi, sejarah dan ilmu pengetahuan. Sementara tumbuh dewasa, Yustinus terus belajar. Tujuan utama-nya dalam belajar adalah untuk menemukan kebenaran akan Tuhan.

Suatu hari, ketika sedang berjalan menyusuri tepi pantai, Yustinus bertemu dengan seorang tua. Mereka pun berbincang-bincang. Karena Yustinus tampak gelisah, orang tua tersebut bertanya apa yang menggelisahkan hati-nya. Yustinus menjawab bahwa ia bersedih karena tidak menemukan kepastian tentang Tuhan dalam semua buku yang telah dibaca-nya. Orang tua itu bercerita kepada-nya tentang Yesus, Sang Juruselamat. Ia mendorong Yustinus untuk berdoa agar dapat memahami kebenaran Tuhan.


Yustinus pun mulai berdoa dan membaca Sabda Tuhan, yaitu Kitab Suci. Yustinus jatuh cinta pada-nya. Yustinus juga amat terkesan mengetahui betapa berani-nya umat Kristiani yang bersedia mati demi iman serta cinta mereka kepada Yesus. Setelah memperdalam pengenalan-nya tentang agama Kristen, Yustinus menjadi seorang Kristen pula. Kemudian, ia mempergunakan pengetahuan-nya yang luas itu untuk menjelaskan serta mempertahankan iman dengan banyak tulisan-nya.


Di kota Roma, Yustinus ditangkap karena menjadi seorang pengikut Kristus. Hakim berta-nya pada-nya, “Apakah kamu pikir dengan mati, maka kamu akan masuk surga dan memperoleh ganjaran-mu ?”. “Bukan saja aku berpikir demikian,...” orang kudus itu menjawab, “...tetapi aku yakin mengenai-nya !!” dan Yustinus pun wafat sebagai martir sekitar tahun 166.

St. Stefanus

St. Stefanus (December 26th)

Stefanus arti-nya Mahkota.

Stefanus adalah pengikut Kristus yang pertama yang menerima mahkota kemartiran. Pada masa Gereja Perdana, Stefanus merupakan seorang Diakon. Kita dapat membaca kisah-nya dalam kitab Kisah Para Rasul bab 6 dan 7. Di kisahkan, Petrus dan para rasul lain-nya menyadari bahwa mereka membutuhkan para penolong untuk mengurus para janda serta kaum miskin. Oleh sebab itu, mereka mentahbiskan tujuh orang diakon. Stefanus adalah yang paling terkenal dari antara mereka.

Tuhan mengadakan banyak mujizat melalui Stefanus. Stefanus berbicara dengan hikmat dan karunia yang membuat banyak dari para pendengar-nya menjadi pengikut Yesus. Para musuh Gereja Yesus merasa geram melihat betapa berhasil-nya khotbah Stefanus. Pada akhir-nya, mereka bersekongkol untuk melawan dia. Mereka tidak dapat membantah perkataan-perkataan-nya yang bijaksana, maka mereka memerintahkan beberapa orang untuk bersaksi dusta terhadap-nya. Saksi-saksi palsu itu mengatakan bahwa Stefanus telah berbicara hujat terhadap Tuhan. Stefanus pun menghadapi gerombolan para musuh-nya yang banyak itu tanpa rasa takut. Lebih lagi, Kitab Suci mengatakan bahwa wajah-nya menjadi serupa dengan wajah Malaikat.

Stefanus berbicara tentang Yesus, menunjukkan bahwa Yesus adalah Juruselamat yang dijanjikan Tuhan. Stefanus mencela para musuh-nya karena tidak percaya kepada Yesus. Mendengar hal tersebut, mereka menjadi amat marah serta berteriak-teriak kepada-nya. Akan tetapi, Stefanus memandang ke langit dan berkata bahwa ia melihat langit terbuka dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Para musuh-nya menutup telinga mereka dan tidak mau mendengar-nya lebih lanjut. Mereka menyeret St. Stefanus ke luar kota Yerusalem dan melempari-nya dengan batu hingga mati. Orang kudus itu berdoa, “Tuhan Yesus, terimalah ROH-Ku !!” Kemudian ia berlutut serta memohon kepada Tuhan untuk tidak menghukum para musuh yang membunuh-nya. Setelah pernyataan kasih yang sedemikian besar itu, Stefanus pergi untuk menerima ganjaran surgawi.